Menyewa Tambak untuk Mengambil Ikannya

| |


I. MASALAH
Kalau menyewa tambak (balong) untuk mengambil ikannya dengan memancing atau menjaring, si penyewa kadang-kadang mendapat ikan banyak dan kadang-kadang tidak mendapat. Apakah menyewanya itu sah atau tidak?


II. PUTUSAN
Tidak sah menyewanya, dan uang sewanya pun tidak halal, karena barang itu tidak boleh menjadi hak milik dengan akad sewa.

III. REFERENSI
وَخَرَجَ بِغَيْرِ مُتَضَمِّنٍ لِاِسْتِيْفَاءِ عَيْنِ مَا تَضَمَّنَ اسْتِيْفَاؤُهَا أَيْ اِسْتِئْجَارُ مَنْفَعَةٍ تَضَمَّنَ اسْتِيْفَاءَ عَيْنٍ كَاسْتِئْجَارِ الشَّاةِ لِلَبَنِهَا وَبِرْكَةٍ لِسَمَكِهَا وَشَمْعَةٍ لِوَقُوْدِهَا وَبُسْتَانٍ لِثَمْرَتِهِ فَكُلُّ ذَلِكَ لاَ يَصِحُّ. وَهَذَا مِمَّا تَعُمُّ بِهِ الْبَلْوَى وَيَقَعُ كَثِيْرًا.
Dan tidak termasuk hal-hal yang tidak menjamin terpenuhinya manfaat suatu barang (yang ditransaksikan) adalah suatu barang yang tidak dijamin kepemilikannya secara utuh dan bermanfaat seperti menyewakan kambing untuk diperah susunya, kolam untuk dipancing ikannya, lilin untuk penerangannya dan kebun untuk dipetik buahnya, semua ini tidak sah. Hal seperti ini sudah merupakan ‘umum balwa (keburukan yang terbiasa) dan sudah sering terjadi.
Al-Bakri Muhammad Syatha ad-Dimyathi, I’anatuth Thalibin, (Singapura: Sulaiman Mar’i, t.th.), Jilid III, h. 114.
وَلَوِاسْتَأْجَرَ بِرْكَةً لِيَأْخُذَ مِنْهَا السَّمَكَ بَطَلَتْ وَلَوْ اسْتَأْجَرَ لِيَحْبِسَ فِيْهَا المَاءَ لِيَجْتَمِعَ فِيْهَ السَمَكَ جَازَ لأَنَّ اْلأَعْيَانَ لاَ تُمْلَكُ بِاْلإِجَارَةِ.


Dan seandainya seseorang menyewa tambak (balong) untuk diambil ikannya, maka itu batal (tidak sah). Seandainya seseorang menyewa tambak (balong) untuk mengumpulkan air agar ikan kumpul di dalamnya, maka itu adalah boleh, karena barang itu (ikan) tidak dapat berpindah hak milik dengan akad sewa.
Yusuf al-Ardabili, al-Anwar lil A’malil Abrar, (Cairo: al-Madani, 1389 H/1969 M), Jilid I, h. 603.
فَرْعٌ. قَالَ الشَّافِعَيُّ وَالأَصْحَابُ لاَ يَجُوْزُ أَنْ يَسْتَأْجِرَ البِرْكَةَ لأَحْدِ السَّمَكِ مِنْهَا لأَنَّ الأَعْيَانَ لاَ تُمْلَكُ بِالإِجَارَةِ.
وَعَلَى هَذَا تَحْرُمُ إِجَارَتُهَا وَلاَ تَحِلُّ أُجْرَتُهَا لِلتَعَاطِى فِي المُعَامَلَةِ الفَاسِدَةِ.


Imam asy-Syafi’i dan al-ashhab (para pendukungnya) berpendapat, tidak boleh menyewakan kolam untuk diambil ikannya karena isi kolam itu tidak dipandang sebagai harta benda yang tidak dapat dimiliki dengan cara sewa-menyewa. Maka karenanya haram menyewakannya dan ongkos sewanya tidak halal oleh sebab berupa tukar-menukar secara fasid.
Muhyiddin an-Nawawi, al-Majmu’, (Beirut: Darul Fikr, t. th.), Jilid IX, h. 285. Footnote ini untuk ibarah faqrah (alenia) pertama, sedangkan faqrah kedua merupakan kesimpulan Muktamar yang diambil dari al-Bakri Muhammad Syatha ad-Dimyathi, I’anatuth Thalibin, (Singapura: Sulaiman Mar’i, t.th.), Jilid IV tentang Ijarah.

Posted by Ki Juru Ketik on 22:40. Filed under , , , . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. Feel free to leave a response

0 comments for "Menyewa Tambak untuk Mengambil Ikannya"

Leave a reply